Posisi militer Amerika Serikat di Timur Tengah sangat strategis untuk menekan Iran dan membuatnya terkepung.
Ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat tajam minggu ini setelah Amerika Serikat mengumumkan pengerahan gugus tempur kapal induk ke wilayah tersebut dan memperingatkan bahwa Washington akan membalas Iran jika mengancam kepentingan AS.
Pentagon melipatgandakan penempatan gugus tempur kapal induknya pada hari Jumat, mengatakan akan menambah aset komando di Timur Tengah dengan sistem pertahanan udara rudal Patriot, kapal serbu amfibi marinir dan kapal dermaga amfibi untuk melengkapi kapal induk USS Abraham Lincoln dan beberapa pembom strategis B-52 berkemampuan nuklir, seperti dikutip dari laporan Sputnik, 12 Mei 2019.
Iran telah menolak ancaman Washington dan tawaran Presiden Trump untuk negosiasi. Wakil komandan Garda Revolusi Iran mengatakan bahwa AS keliru jika merasa bisa mengintimidasi Iran dalam negosiasi dengan ancaman dan sanksi.
Para pejabat senior AS telah mengklaim bahwa penambahan pasukan merupakan respons terhadap perilaku Iran.
Menteri Pertahanan AS sementara, Patrick Shanahan menyebut, penyebaran kapal induk itu sebagai tanggapan atas indikasi ancaman pasukan Iran. Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan langkah itu merupakan reaksi terhadap sejumlah indikasi dan peringatan, dan bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Amerika Serikat atau terhadap sekutu bisa terjadi.
Namun mengingat jaringan pangkalan luas yang diduduki AS, membuat Iran terkepung hampir dari segala arah. Bahkan tanpa penambahan gugus tempur pun, AS sudah memiliki ribuan pasukan di sekitar wilayah Iran.
Armada ke-5 Angkatan Laut AS, yang bertugas di Timur Tengah dan Afrika Utara, memiliki setidaknya 7.000 tentara AS di pangkalan permanennya di Bahrain.
Di Kuwait, Komando Pusat Angkatan Darat AS memiliki pos komando, di mana sekitar 13.000 tentara ditempatkan.
Pangkalan Udara Al Dhafra di Abu Dhabi di Uni Emirat Arab berisi 5.000 lebih personel AS, sementara Pangkalan Udara Al Udeid Qatar yang besar memiliki sekitar 10.000 tentara AS.
Bersama dengan pangkalan-pangkalan itu, AS memiliki pasukan pasukan khusus yang beroperasi di Yaman, sementara di Irak, Afganistan, dan Pakistan menempatkan ribuan pasukan lagi, meskipun beberapa politisi di Baghdad baru-baru ini mengancam akan mengeluarkan sekitar 5.200 tentara AS.
Bersama pangkalan besarnya, AS juga memiliki akses ke wilayah operasi yang lebih kecil, yang dikenal sebagai Lily Pads atau bantalan lily dengan 200 tentara atau kurang, serta akses ke lapangan udara dan pelabuhan di negara-negara termasuk Oman, Arab Saudi, Turki dan Mesir.
Pada hari Sabtu, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi menepis tuduhan AS yang menyebut Iran mengancam pasukan AS di Timur Tengah, dan menuduh pemerintah Trump menggunakan laporan “intelijen palsu”.
Mengingat kehadiran pasukan AS di pangkalan di hampir setiap tetangga Iran, kemungkinan para pemimpin Iran yang harus mengeluh tentang ancaman dan indikasi serangan ke wilayahnya.